Budidaya Aeroponik untuk Produksi Benih Kentang Berkualitas

Budidaya Aeroponik Benih Kentang Berkualitas
Picture by Balitsa Balitbangtan

Budidaya aeroponik sepertinya belum terlalu familiar bagi kita yang bukan dari bidang pertanian. Masyarakat Indonesia lebih sering mendengar istilah hidroponik. Cobalah kalian ketik “aeroponik” di Google, maka ada sekitar 180.000 hasil. Sedangkan jika menggunakan “hidroponik” muncul sekitar 8.440.000 hasil. Itu artinya hidroponik  hampir 47 kali lebih sering dicari dibandingkan dengan budidaya tadi.

Pengertian

Sebenarnya apa sih itu? Saya juga baru pertama kali mendengarnya ketika senior saya membagikan pamflet online. Judulnya Bimbingan Teknis Online  “Pemanfaatan Aeroponik untuk Produksi Benih Bermutu Kentang”.

Bimtek ini diadakan oleh Balitsa Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian. Acaranya disiarkan via zoom dan youtube dengan senior saya sebagai moderatornya. Pemaparan bimtek diberikan oleh Ibu Juniarti Prihatiny Sahat, SP., MP sebagai anggota Kelompok Peneliti Pemuliaan, Perbenihan, dan Plasma Nuftah Balitsa.

Saya mengikuti siaran tundanya di Youtube. Untuk linknya saya sematkan dibawah. Saya juga Terimakasih kepada Balitsa (Balai Penelitian Tanaman Sayuran) yang telah mengijinkan untuk dipublish di blog saya ini.

Aeroponik berasal dari kata aero yang berarti udara dan phonic yang berarti cara budidaya. Dengan kata lain adalah cara bercocok tanam di udara dengan sistem pengkabutan tanpa melibatkan penggunaan tanah.

Prinsip Dasar

Aeroponik sebenarnya merupakan pengembangan dari metode hidroponik. Prinsip dasarnya meliputi:

  • Pemberian larutan hara ke akar tanaman dengan cara pengkabutan.
  • Akar tanaman dibiarkan tergantung
  • Larutan hara disemprotkan dari bawah melalui nozzle sehingga akar dapat menangkap dan menyerap hara tersebut.

Selama perjalanan dari lubang sprinkler (pengabut) hingga sampai ke akar, proses oksigenasi dari tiap butiran kabut halus akan meningkatkan kadar oksigen telarut dalam butiran. Dengan demikian, proses respirasi pada akar dapat berlangsung lancar dan menghasilkan banyak energi.

Sistem ini sangat cocok bagi yang memiliki keterbatasan lahan. Apalagi jika disusun secara vertikal di rumah kasa akan sangat efektif. Bisa dilakukan dengan mengoptimalkan perkembangan tanaman, akar, dan produksi ubi.

Teknik budidaya ini juga memiliki keunggulan antara lain tidak tergantung musim, menghemat air, serta meminimalkan limbah yang ada. Jika dikelola dengan terampil maka benih berkualitas prima dapat didapatkan dengan jumlah maksimal dan bisa dilakukan secara terus menerus.

Budidaya Aeroponik Kentang

Selain menjadi bahan makanan pokok alternatif, kentang memiliki sejumlah nutrisi yang memiliki banyak manfaat untuk tubuh. Kentang juga digemari untuk dikonsumsi secara cepat saji atau dalam bentuk olahan seperti keripik.

Indonesia memiliki target swasembada kentang di tahun 2020. Meskipun demikian dilansir dari Kontan,  komoditas impor sayuran terbesar di tahun 2019 terbesar adalah bawang putih disusul kentang industri. Hal ini dikarenakan jumlah produksi yang masih rendah.

Untuk mencapai target swasembada tersebut tentunya pemerintah telah mengupayakan sejumlah cara. Salah satunya dengan penelitian yang dilakukan oleh Balitsa ini.

Tumbuhnya agro industri benih kentang modern di pedesaan dapat menyerap tenaga kerja yang terampil sehingga menekan urbanisasi. Tenaga kerja yang terampil ini dapat diciptakan dengan diberikan pelatihan dan bimbingan para profesional seperti pemulia tanaman (plant breeder). Harga benih kentang bermutu juga dapat diturunkan sehingga terjangkau oleh petani.

Budidaya benih kentang dengan teknik tanpa tanah ini memerlukan instalasi dasar rumah kasa dan bak tanam seperti gambar di bawah ini.

Sedangkan panduan untuk membuat rumah kasa adalah sebagai berikut:

Terlihat sepintas instalasinya mahal. Tapi tidak juga, karena hanya terlihat di awal. Dalam penelitian ini instalasinya telah dibuat sejak tahun 2009. Setelah tahapan produksi kedua, petani bisa memperoleh untung.

Kreativitas sangat diperlukan untuk menghemat biaya instalasinya. Seperti yang dilakukan oleh para Petani di Pangalengan. Mereka menggunakan bekas bak mandi yang dimodifikasi atasnya dengan styrofoam. Dibagian atas dikasih lubang tanah dengan jarak tertentu disesuaikan dengan ukuran.

Picture by Balitsa Balitbangtan

Para petani di Malino, Sulawesi Selatan juga tak kalah kreatif. Mereka menggunakan styrofoam bekas ikan yang dimodifikasi menjadi bak tanam.

Picture by Balitsa Balitbangtan

Berikut ini tahapan persiapan bak tanam/kotak tumbuh yang digunakan di penelitian ini. Bisa menjadi gambaran jika ingin berkreasi dengan bahan lain.

Di dalam bak tanam terdapat timer yang berfungsi untuk mengatur pengabutan secara bergantian on-off menggunakan timer.  Dalam penelitian ini,  Untuk timernya terserah, bisa disambungkan secara manual. Kalau ada yang mau menyambungkan dengan smartphone tentunya akan lebih menarik lagi.

Bimbingan teknis online selengkapnya dapat dilihat di youtube berikut ini.

Source: Youtube Channel Balitsa Balai Penelitian Tanaman Sayuran

Apabila ada pertanyaan dapat ditanyakan ke aplikasi MyAgri. Disitu ada banyak pakar yang siap membantu kalian untuk menjawab pertanyaanmu. Aplikasi MyAgri juga tersedia berbagai macam info seperti budidaya macam-macam sayur, pupuk, pestisida, dan dosisnya. Pastinya bermanfaat banget buat kalian yang berprofesi di bidang pertanian maupun yang hanya sekedar hobi.

Share

Nihayatun Ni'amah

A scientist who has passion in technology, business, and education

You may also like...

4 Responses

  1. Ulfa faradiba says:

    Bermanfaat kak

  2. Kyndaerim says:

    Baru tau juga nih saya tentang aeroponik. Ada aplikasi pendukungnya juga, waah keren.

Leave a Reply

%d bloggers like this: