Kita Semua Punya Toxic Behavior

Toxic Behavior yang Membahayakan Diri dan Orang Lain
Original Picture by FeatheredHatStudios on Pixabay

Hubungan yang sehat merupakan dambaan setiap orang. Hubungan itu bisa berada mulai dari lingkaran yang terkecil berupa pasangan sampai terbesar. Dari sekian macam lingkaran itu terkadang salah satunya merupakan hubungan yang tidak sehat (toxic relationship).   

Jika kita berada dalam lingkaran yang toxic, kita cenderung menganggap teman kita lah yang berperan sebagai toxic people. Akan tetapi, pernah tidak kita mencoba berpikir jangan-jangan malah kita sendiri yang toxic?

Disadari atau tidak menurut saya, kita semuanya memiliki toxic behavior. Hanya saja kadarnya yang berbeda. Ibarat bahan beracun, bahan tersebut akan memiliki efek toksik kepada tubuh jika mencapai kadar/jumlah tertentu. Di dalam toksikologi, hal ini namanya nilai ambang batas (threshold limit value). Dengan kata lain batas toleransi. Jika sudah mencapai batas ini atau melebihi akan sangat membahayakan bagi manusia.

Bedanya, ambang batas untuk toxic behavior ini sifatnya relatif. Artinya, bisa saja antara orang satu dengan yang lain berbeda. Misalkan dalam satu lingkaran pertemanan A, B, dan C dimana si C dianggap sebagai toxic people.

Si A menganggap level toksik C masih biasa saja. Kebalikannya, si B menganggap si C levelnya sudah sangat toksik. Padahal jika ditilik lebih lanjut, bukan hanya C yang toksik, melainkan A dan B juga.

Kalau dibuat list, toxic behavior bisa panjang sekali. Di bawah ini saya ambilkan sebagian contoh saja. Contoh berikut mungkin saja bisa terjadi oleh seseorang yang kita anggap sebagai pribadi yang positif.

1. Berbohong

Semua orang sepakat bahwa berbohong itu tidak baik. Tak ada kompromi lagi. Akan tetapi, makin dewasa terkadang berbohong juga dilakukan pada kondisi tertentu yang mendesak.

Misalnya seorang Ibu single parent yang memiliki penghasilan tak memadai. Ibu tersebut terkadang berbohong kepada anaknya kalau dia sudah makan demi anaknya bisa makan. Bahkan ada sebuah penelitian di Amerika  menyebutkan rata-rata seseorang bisa berbohong minimal 1-2 kali per hari.

2. Negative Self Talk

Saya yakin semua orang pernah sesekali berbicara negatif kepada diri sendiri. Seperti saat kita berusaha mencoba sesuatu hal yang baru. Tak sadar kita bisa terpengaruh oleh omongan diri kita sendiri.

“Kayaknya aku ga bisa deh melakukan hal ini”. Kalau hanya terlintas sekali dan kita bisa melawannya tentunya tidak ada masalah. Tapi kalau terlalu sering negative self talk, toxic level kita akan semakin meningkat. Hal ini akan membahayakan diri sendiri dan orang lain

3. Meminta Validasi dari Orang Lain

Hidup itu penuh pilihan. Meski yang menjalani pilihan tersebut adalah kita, terkadang kita juga perlu meminta validasi atau pertimbangan ke orang lain. Terlalu sering meminta validasi ke orang lain juga tidak baik. Apalagi untuk urusan remeh temeh. Efeknya kita bisa dijauhi teman-teman.

4. Membandingkan Diri Sendiri terhadap orang Lain

Di jaman teknologi serba canggih ini banyak sekali media sosial yang bisa kita akses. Hal ini memudahkan kita menjangkau teman-teman yang sudah lama tak bersua.  Teman baru juga mudah kita dapatkan yang kemungkinan bisa menjadi relasi yang mendatangkan pintu rejeki.

Keseringan scroll media sosial bisa membuat kita sering membandingkan diri kita terhadap orang lain. Pada akhirnya kita bisa saja kecewa terhadap diri sendiri . Padahal kita tidak tahu seberapa besar usahanya di belakang layar untuk membuat postingan manis di medsos.

5. Playing Victim

Perasaan menjadi korban terhadap suatu masalah bisa terjadi oleh siapapun. Bagi seseorang yang non toxic pun ketika di titik terlemahnya bisa secara tidak sadar mengalami hal ini.

Sebaiknya perasaan itu dihindari dan dibuang jauh-jauh. Apalagi jika sudah terlalu sering memosisikan dirinya sebagai korban meskipun sebenernya dia yang salah bahkan sampai memanipulasinya.

Lantas apa yang harus kita lakukan jika kita semua ternyata punya toxic behavior? Jawabannya adalah berikut ini

1. Introspeksi Toxic Behavior dalam Diri Kita

Beberapa contoh diatas hanyalah sebagian saja. Bisa saja kalian tidak memiliki hal itu tetapi punya yang lain. Kita perlu introspeksi diri masing-masing karena kita yang bisa memahami diri kita.

Buat list kebiasaan “beracun” yang sangat menggangu kita  dan orang lain. Seandainya kita sudah introspeksi ternyata teman kita masih menjauh, berarti ada yang salah dalam proses introspeksi kita.

2. Kontrol Supaya Tidak Melebihi Ambang Batas

Setelah membuat list selanjutnya kontrol supaya tidak melebihi ambang batas. Kontrol sepenuhnya ada dalam diri kita. Kita juga dapat meminta bantuan teman untuk mengetahui apakah masih berada dalam batas toleransi atau tidak. Jika kita fokus mengontrolnya kita bisa mendapatkan hubungan yang sehat.

Share

Nihayatun Ni'amah

A scientist who has passion in technology, business, and education

You may also like...

1 Response

  1. September 1, 2020

    […] Nihayatun Ni’amah : Kita Semua Punya Toxic Behavior […]

Leave a Reply

%d bloggers like this: