Pertimbangan dalam Membuat Desinfektan Sendiri saat New Normal

Cara dan Pertimbangan Membuat Desinfektan Sendiri

Desinfektan sekarang ini kembali populer mendekati masa New Normal. Iklan-iklan produk yang mengandung bahan aktif untuk desinfektan sudah banyak tayang di TV. Mereka bahkan dengan terang menyebut produknya bisa digunakan cairan desinfektan. Tidak seperti dulu yang hanya menjelaskan fungsinya hanya sebagai pemutih atau pembersih.

Artikel ini bersifat melengkapi apa yang telah saya posting media sosial saya pada bulan Maret lalu. Sebelumnya kita kenalan dulu dengan desinfektan.

Apa sih Desinfektan itu?

Desinfektan merupakan suatu bahan yang digunakan untuk proses disinfeksi. Disinfeksi menurut WHO adalah proses untuk menghilangkan/memusnahkan semua mikroorganisme patogen, kecuali spora, dari benda mati, dengan tujuan mengurangi resiko infeksi. Mikroorganisme ini bisa berupa bakteri maupun virus.

Desinfektan sering diigunakan di klinik, puskesmas, atau rumah sakit. Kalau kita pas kesana setelah proses disinfeksi, baunya agak menyengat. Seperti saat kita merendam pakaian dengan pemutih tertentu. Sebagian besar desinfektan yang sering digunakan tersebut memang menggunakan bahan aktif pemutih. Menurut saya ada 4 hal yang harus diperhatikan ketika ingin membuat desinfektan sendiri:

1. Bahan Aktif

Bahan aktif desinfektan adalah bahan kimia utama yang terkandung dalam produk yang berfungsi sebagai agen pemusnah mikroorganisme tersebut. Sebenernya selain pemutih juga banyak loh. Kalau kalian tidak terlalu suka dengan efek bau dari pemutih kalian bisa memilih opsi lain dari LIPI ini.

LIPI merilis 26 produk sudah teregistrasi berdasarkan informasi bahan aktif yang digunakan seperti berikut.

Daftar Bahan Aktif Desinfektan dari LIPI

Bahan aktif tersebut memiliki referensi seperti yang telah disebutkan di web LIPI. Kalau saya, kebetulan sudah membaca berdasarkan referensi dari Journal of  Hospital Infection yang berjudul “Persistence if Coronaviruses on Inanimate Surfaces and Their Inactivation with biocidal agents”.

Dalam jurnal itu, Kampf et al  menyatakan Corona Virus dapat bertahan 9 hari ketika menempel di permukaan benda mati seperti logam, kaca, dan plastik. Arskan tetapi, dapat dinonaktifkan secara efisien dengan prosedur disinfeksi permukaan oleh bahan aktif berikut dalam 1 menit:

  • Etanol (C2H5OH) 62-71 %
  • Hidrogen Peroksida (H2O2) 0,5 %  
  • Natrium Hipoklorit (NaOCl) 0,1% sebagai bahan aktif pemutih

2. Harga dan Ketersediaan

Sebelum cek harga dan ketersedian bahan aktif desinfektan terlebih dahulu lokasi yang mau didisinfeksi. Kalau untuk skala besar kita bisa langsung ke toko bahan Kimia. Tapi tidak semua daerah di Indonesia bisa ditemukan. Jikalau ada kemungkinannya ada dua yaitu:

  • Stock ada tapi jumlah yang kita beli ditentukan, bisa dibatasi atau ada minimal pembelian.
  • Harganya mahal karena impor dan konsentrasinya tinggi

Nah kalau kasusnya kayak di atas bisa menggunakan produk yang saya sebutkan di atas tadi. Apalagi cuma butuh untuk skala kecil seperti di rumah. Kamu bisa menemukannya di warung tetangga atau minimarket terdekat.

Harganya disesuaikan sama kantong kamu dan preferensi kamu. Misal tidak terlalu suka dengan pemutih atau ketika kita belanja stoknya sudah habis, kamu bisa pilih yang lain. Tentunya harganya agak relatif lebih mahal.

3. Konsentrasi

Kalau sudah tahu seberapa luas yang mau didisinfeksi kita perlu cari tahu konsentrasi desinfektan yang di jual. Semakin luas dan banyak jumlah benda yang akan disemprot semakin banyak jumlah desinfektan yang kamu butuhkan. Jika semakin banyak jumlahnya kamu bisa memilih konsentrasi yang tinggi untuk menghemat biaya, karena nanti jumlah air yang dibutuhkan jadi makin sedikit.

Kok bisa? Iya dibawah ini saya jelaskan rumus pengencerannya beserta ilustrasinya jika menggunakan Bayclin. Sebelumnya perlu diingat butuh pengenceran yang tepat agar mendapatkan konsentrasi efektif.

Konsentrasi yang efektif buat membunuh virus itu ada patokannya, Jadi jangan terlalu encer nanti tidak mempan untuk membunuh virus. Jangan juga terlalu pekat karena bisa merusak permukaan benda.

Nah supaya tepat konsentrasinya, saya tuliskan rumus pengencerannya. Bisa disesuaikan dengan yang akan dibuat. Agar tidak terlalu kebanyakan buatnya karena yang udah diencerin itu cuman bertahan 24 jam menurut panduan WHO. Selebihnya dibuang.

Rumus Pengenceran

Mengenai spesifikasi bahan aktif dan konsentrasinya bisa kalian temukan di belakang produk seperti ini. Produk hanya sebagai contoh.

Contoh Tampilan Konsentrasi dan Bahan Aktif pada produk Desinfektan

4. Penyimpanan dan Penggunaan Desinfektan

Jika menggunakan botol seperti bekas spray setrika atau wadah lain, saran saya copot label aslinya. Kemudian gantilah dengan label sendiri dengan ditulis desinfektan dan tanggal pembuatan. Supaya membedakan dan tidak tertukar dengan yang asli yang sedang kita gunakan.

Lebel Desinfektan dari spray bekas

Pastikan tertutup rapat dan simpan di tempat yang aman terutama dari jangkauan anak-anak. Hal ini karena bahan kimia yang digunakan sifatnya berbeda-beda. Ada yang oksidator, korosif, dan mudah terbakar.

Oleh karena itu, sangat diperlukan alat pelindung diri (APD) yang memadai ketika proses pembuatan, pengunaan, dan penyimpanan. Misalnya gunakanlah sarung tangan agar tangan kita tidak iritasi dan goggles (kacamata pelindung) agar tidak terkena mata. Pakailah pakaian pelindung panjang sehingga dapat melindungi kulit dari percikan cairan. Masker supaya tidak terhirup dan tertelan, dsb.

Bila tertelan basuh mulut. Jangan merangsang untuk muntah, Apabila terjadi iritasi lebih lanjut segeralah pergi ke dokter.

Setiap bahan kimia memiliki cara penanganan yang berbeda. Untuk mengetahuinya bisa dilihat dari Material Safety Data Sheet (MSDS) atau Lembar Data Keselamatan Bahan (LDKB). Caranya ketik saja di google MSDS/ LDKB bahan aktif desinfektan (disebutkan yang mau digunakan).

Bersihkan permukaan benda yang akan disemprot. Jika tidak maka desinfektan akan bereaksi dengan bahan organik lain yang mungkin menempel bukan pada virusnya.

Diatas tadi saya sebutkan etanol, sebaiknya tidak direkomendasikan untuk disinfeksi permukaan yang luas karena harganya mahal. Selain itu kalau penyimpannya tidak tepat dapat dengan mudah terbakar.

Penggunaan desinfektan sebaiknya digunakan untuk permukaan benda mati. Tidak digunakan untuk mahluk hidup seperti yang dikemukakan oleh WHO dan ditanggapi Sekolah Farmasi ITB.

Share

Nihayatun Ni'amah

A scientist who has passion in technology, business, and education

You may also like...

6 Responses

  1. Kyndaerim says:

    Wah, lengkap sekali infonya mbak, jadi tau deh senyawa-senyawa yg ada dalam disinfektan.

  2. Ghina says:

    Jadi airnya cuma 5 ml aja ya, Ha. “yang udah diencerin itu cuman bertahan 24 jam menurut panduan WHO. Selebihnya dibuang” ini maksudnya gimana Ha? kok dibuang?

  1. June 27, 2020

    […] Baca Selengkapnya […]

  2. August 7, 2020

    […] Nihayatun Ni’amah : Pertimbangan dalam Membuat Desinfektan Sendiri saat New Normal […]

Leave a Reply

%d bloggers like this: